HABITAT, TERESTRIAL DAN AKUATIK
(Mata Kuliah Biologi Umum)
Oleh
Octavio Lisboa Guterres Fernandes
Nim : 09.03.04.088
Semester : III/A
DEPARTAMENTO DE QUÍMICA
FACULDADE
EDUCAÇÃO, ARTES E HUMANIDADE
UNIVERSIDADE NACIONAL TIMOR LORO
SA’E
(UNTL)
DILI
2011
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya
yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang
kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia
ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan
akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan
kepada Dosen,
kakak semester serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril,
materil maupun spiritual,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah
yang berjudul (Habitat, Terestrial dan Akuatik) ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen,
kakak mesester serta teman-teman
sekalian, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah
dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini
ialah, mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi
atau mengambil hikmah dari judul ini (Habitat, Terestrial dan
Akuatik) sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.
Dili, April 2011
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang 1
B.
Perumusan
masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori pustaka 4
B.
Pembahasan teori
8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan 27
B.
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Habitat
berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati, adalah tempat
suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan
paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.
Menurut
Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di
sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau
komunitas. Sehingga Habitat diartikan sebagai tempat suatu makhluk hidup. Semua
makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang disebut habitat (Odum, 1993). Kalau
kita ingin mencari atau ingin berjumpa dengan suatu organisme tertentu, maka
harus tahu lebih dahulu tempat hidupnya (habitat), sehingga ke habitat itulah
kita pergi untuk mencari atau berjumpa dengan organisme tersebut. Oleh sebab
itu, habitat suatu organisme bisa juga disebut alamat organisme itu.
Semua
organisme atau makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat hidup. Contohnya, habitat
paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas adalah air tawar, habitat
buaya muara adalah perairan payau, habitat monyet dan harimau adalah hutan,
habitat pohon bakau adalah daerah pasang surut, habitat pohon butun dan
kulapang adalah hutan pantai, habitat cemara gunung dan waru gununl; adalah
hutan Dataran tinggi, habitat manggis adalah hutan dataran rendah dan hutan
rawa, habitat ramin adalah hutan gambut dan daerah dataran rendah lainnya,
pohon-pohon anggota famili Dipterocarpaceae pada umumnya hidup di daerah
dataran rendah, pohon aren habitatnya di tanah dataran rendah hingga daerah
pegunungan, dan pohon durian habitatnya di dataran rendah. Selain itu, istilah
habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme
dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas. Sebagai contoh untuk
menyebut tempat hidup suatu padang rumput dapat menggunakan habitat padang
rumput, untuk hutan mangrove dapat menggunakan istilah habitat hutan mangrove,
untuk hutan pantai dapat menggunakan habitat hutan pantai, untuk hutan rawa
dapat menggunakan habitat hutan rawa, dan lain sebagainya. Dalam hal seperti
ini, maka habitat sekelompok organisme mencakup organisme lain yang merupakan
komponen lingkungan (komponen lingkungan biotik dan komponen lingkungan
abiotik).
Ekosistem darat (terestrial) yang
memiliki tipe struktur vegetasi dominan dalam skala luas disebut bioma.
Penyebaran bioma dipengaruhi oleh iklim, letak geografis, garis lintang dan
ketinggian letak dari permukaan laut. Di bumi ini, ada bermacam-macam bioma,
namun yang utama adalah bioma padang gurun, padang rumput, hutan basah, hutan
gugur, taiga dan tundra.
Air
dapat dikatakan sumber dari segala kehidupan, tidak ada makhluk hidup yang
survive dalam kehidupan di alam ini tanpa keberadaan air, termasuk manusia.
Begitu banyak makhluk hidup yang menggantungkan hidupnya di air, dari mulai
untuk kebutuhan minum sampai sebagai habitat/ tempat hidup. Sebagian besar
makhluk hidup menggunakan air sebagai habitat hidup, baik mikroflora, makroflora,
mikrofauna maupun makrofauna. Dengan demikian tumbuhan
akuatik juga disebut tumbuhan hidrophytic atau hydrophytes adalah tumbuhan yang
telah disesuaikan untuk tinggal di lingkungan perairan. Ekosistem
perairan dibagi atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
B.
Perumusan masalah
Dari
latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu habitat ?
2. Apa perbedaan antara pengaruh jenis
hidup pada terestrial dan akuatik ?
3. Apa perbedaan ciri-ciri pada
terrestrial dan akuatik ?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang habitat.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh
jenis hidup pada terestrial dan akuatik.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri pada terestrial
dan akuatik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori pustaka
Habitat
berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati, adalah tempat
suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan
paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.
Menurut
Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di
sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau
komunitas.
Morrison (2002) mendefinisikan habitat
sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak
ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan organism-specific: ini
menghubungkan kehadiran species, populasi, atau idndividu (satwa atau tumbuhan)
dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih
dari sekedar vegatasi atau struktur vegetasi, merupakan jumlah kebutuhan
sumberdaya khusus suatu species. Dimanapun suatu organisme diberi sumberdaya
yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut dengan
habitat.
Hutto (1985:458) menyatakan bahwa
penggunaan habitat merupakan sebuah proses yang secara hierarkhi melibatkan
suatu rangkaian perilaku alami dan belajar suatu satwa dalam membuat keputusan
habitat seperti apa yang akan digunakan dalam skala lingkungan yang berbeda.
Niche: Habitat suatu
organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat ke mana seseorang
harus pergi untuk menemukannya. Sedangkan niche (relung) ekologi merupakan
istilah yang lebih luas lagi artinya tidak hanya ruang fisik yang diduduki
organisme itu, tetapi juga peranan fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal:
posisi trofik) serta posisinya dalam kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan
keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek relung ekologi itu dapat
dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung
multidimensi atau hypervolume. Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme
tidak hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat
(bagaimana dia merubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan
mengubah lingkungan fisik serta abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi
kendala baginya.
Hutchinson (1957) telah membedakan
antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang sesungguhnya (relized
niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
memunkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche sesungguhnya
didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh
organisme-organisme tertenu secara bersamaan. Dimensi-dimensi pada niche pokok
menentukan kondisi-kondisi yang menyababkan organisme-organisme dapat
berinteraksi tetapi tidak menentukan bentuk, kekuatan tau arah interaksi. Dua
faktor utama yang menetukan bentuk interaksi dalam populasi adalah kebutuhan
fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran relatifnya. Empat tipe pokok dari
interaksi diantara populasi sudah diketahui yaitu: kompetisi, predasi,
parasitisme dan simbiosis. Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi
kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis harusnya ada tumpang tidih dalam
niche. Pada kasus simbion, satu atau semua partisipan mengubah lingkungan
dengan cara membuat kondisi dalam kisaran kritis dari kisaran-kisaran kritis
partisipan yang lain. Untuk kompetitor, predator dan mangsanya harus mempunyai
kecocokan dengan parameter niche agar terjadi interaksi antar organisme,
sedikitnya selama waktu interaksi.
Landskap: dapat
didefinisikan sebagai suatu kawasan yang heterogen secara spasial yang
digunakan untuk mendiskripsikan ciri khas daya tarik (tipe tegakan, tapak,
tanah). Masalah serius yang terkait dengan penggunaan istilah landscape adalah
landscape biasanya digunakan untuk mengartikan suatu kawasan yang luas (1-100
km2),(Forman dan Gordon, 1986; Davis dan Stoms, 1996). Persepsi
landscape untuk satwa kecil berbeda dengan satwa besar. Pengaruh keheterogenan
spasial terhadap proses biotik dan abiotik dapat dinyatakan secara virtual
dalam beberapa skala spasial, dengan demikian kita tidak menempatkan batasan
kawasan dalam pengertian landscape. Meskipun menggambarkan landscape dalam
istilah kilometer persegi adalah tepat untuk kegiatan tertententu (seperti
menempatkan proyek restorasi dalam konteks suatu kawasan yang luas),
menggambarkan landscape dalam istilah meter persegi yang sedikit juga tepat
untuk penerapan yang lain (untuk satwa dengan daerah jalajah yang sempit/kecil
atau untuk menggambarkan hubungan niche).
Pengertian
umum habitat menurut Alikodra (1990), adalah sebuah kawasan yang terdiri dari
komponen fisik maupun abiotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan
sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya satwa liar. Satwa liar menempati
habitat yang sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi menyediakan makanan, air dan
pelindung. Habitat yang sesuai untuk suatu jenis, belum tentu sesuai untuk
jenis yang lain, karena setiap satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda
(Dasman, 1981). Habitat suatu jenis satwa liar merupakan sistem yang terbentuk
dari interaksi antar komponen fisik dan biotik serta dapat mengendalikan
kehidupan satwa liar yang hidup di dalamnya (Alikodra, 1990).
Komponen habitat yang dapat
mengendalikan kehidupan satwa liar (Shawn, 1985), terdiri dari:
1.
Pakan
(food), merupakan komponen habitat yang paling nyata dan setiap jenis satwa
mempunyai kesukaan yang berbeda dalam memilih pakannya. Sedangkan ketersediaan
pakan erat hubungannya dengan perubahan musim;
2.
Pelindung
(cover), adalah segala tempat dalam habitat yang mampu memberikan perlindungan
bagi satwa dari cuaca dan predator, ataupun menyediakan kondisi yang lebih baik
dan menguntungkan bagi kelangsungan kehidupan satwa;
3.
Air
(water), dibutuhkan oleh satwa dalam proses metabolisme dalam tubuh satwa.
Kebutuhan air bagi satwa bervariasi, tergantung air dan tidak tergantung air.
Ketersediaan air pada habitat akan dapat mengubah kondisi habitat, yang secara
langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan satwa;
4.
Ruang
(space), dibutuhkan oleh individu-individu satwa untuk mendapatkan cukup pakan,
pelindung, air dan tempat untuk kawin. Besarnya ruang yang dibutuhkan
tergantung ukuran populasi, sementara itu populasi tergantung besarnya satwa,
jenis pakan, produktivitas dan keragaman habitat. Tipe habitat merupakan
komponen-komponen sejenis pada suatu habitat yang mendukung sekumpulan jenis
satwa liar untuk beraktivitas. Tipe habitat yang diperlukan suatu satwa di
identifikasi melalui pengamatan fungsi-fungsinya, misalnya untuk makan atau
bertelur. Satwa memilih habitat yang tersedia dan sesuai untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Sedangkan struktur vegetasi merupakan susunan vertikal
dan distribusi spasial tumbuh-tumbuhan (vegetasi) dalam suatu komunitas.
Menurut Mueller, Dombois dan Ellenberg, 1974, struktur vegetasi berfungsi
sebagai pengaturan ruang hidup suatu individu dengan unsur utama adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk (UGM, 2007).
Laymon dan
Barrett 1986 dan Morrison et al. 1991) Istilah kualitas habitat menunjukkan
kemampuan lingkungan untuk memberikan kondisi khusus tepat untuk individu dan
populasi secara terus menerus. Kualitas merupakan sebuah variabel kontinyu yang
berkisar dari rendah, menengah, hingga tinggi. Kualitas habitat berdasarkan
kemampuan untuk memberikan sumberdaya untuk bertahan hidup, reproduksi, dan
kelangsungan hidup populasi secara terus menerus. Para peneliti umumnya
menyamakan kualitas habitat yang tinggi dengan menonjolkan vegetasi yang
memiliki kontribusi terhadap kehadiran (ketidak hadiran) suatu spesies.
Leopold (1933)
dan Dasman et al. (1973) menyatakan bahwa suatu habitat dikatakan memiliki
kualitas yang tinggi apabila kepadatan satwa seimbang dengan sumberdaya yang
tersedia, di lapangan pada umumnya habitat yang memiliki kualitas ditunjukkan
dengan besarnya kepadatan satwa (Laymon dan Barrett 1986).
Van Horne
(1983) mengatakan bahwa kepadatan merupakan indikator yang keliru untuk kulitas
habitat. Oleh sebab itu daya dukung dapat disamakan dengan level kualitas
habitat tertentu, kualitasnya dapat berdasarkan tidak pada jumlah organisme
tetapi pada demografi populasi secara individual. Kualitas habitat merupakan
kata kunci bagi para ahli restorasi.
Dalam
ekosistem kita mengenal dua pembagian ekosistem yaitu ekosistem terrestrial (daratan)
dan ekosistem akuatik (Perairan). Dalam ekosistem akuatik dapat kita jabarkan
sebagai semua komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalam ekosistem
perairan tersebut.Sedangkan dalam ekosistem terrestrial atau ekosistem daratan
dapat dijabarkan semua komponen yang terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam ekosistem tersebut.
Ekosistem
terestrial meliputi bioma gurun, padang rumput, Hutan hujan tropis, Hutan
gugur, Taiga,dan bioma Tundra. Sedangkan ekosistem perairan dibagi atas
ekosistem air tawar dan ekosistem laut.
Untuk habitat
darat, selain udara dan tanah, iklim juga berpengaruh dalam menentukan jenis-jenis
makhluk hidup yang terdapat di suatu daerah. Iklim utama dengan vegetasi dan
hewannya merupakan suatu ekosistem skala besar yang disebut bioma. Di dalam
setiap bioma terdapat ekosistem yang lebih kecil. Variasi batuan, tanah,
ketinggian dan topografi menyebabkan terjadinya variasi bioma. Di bumi ini, ada
bermacam-macam bioma, namun yang utama adalah gurun, padang rumput, hutan
basah, hutan gugur, taiga dan tundra.
Para ahli
ekologi membedakan antara bioma air tawar dan bioma air laut berdasarkan perbedaan
fisik dan kimiawi. Sebagai contoh, bioma marin atau laut umumnya memiliki ciri
konsentrasi garam yang lebih rendah dari 1%.
B.
Pembahasan teori
1.Habitat
Habitat adalah tempat suatu makhluk
hidup. Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang disebut habitat (Odum,
1993). Kalau kita ingin mencari atau ingin berjumpa dengan suatu organisme
tertentu, maka harus tahu lebih dahulu tempat hidupnya (habitat), sehingga ke
habitat itulah kita pergi untuk mencari atau berjumpa dengan organisme
tersebut. Oleh sebab itu, habitat suatu organisme bisa juga disebut alamat
organisme itu.
Semua organisme atau makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat hidup. Contohnya, habitat paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas adalah air tawar, habitat buaya muara adalah perairan payau, habitat monyet dan harimau adalah hutan, habitat pohon bakau adalah daerah pasang surut, habitat pohon butun dan kulapang adalah hutan pantai, habitat cemara gunung dan waru gunung adalah hutan Dataran tinggi, habitat manggis adalah hutan dataran rendah dan hutan rawa, habitat ramin adalah hutan gambut dan daerah dataran rendah lainnya, pohon-pohon anggota famili Dipterocarpaceae pada umumnya hidup di daerah dataran rendah, pohon aren habitatnya di tanah dataran rendah hingga daerah pegunungan, dan pohon durian habitatnya di dataran rendah.
Semua organisme atau makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat hidup. Contohnya, habitat paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas adalah air tawar, habitat buaya muara adalah perairan payau, habitat monyet dan harimau adalah hutan, habitat pohon bakau adalah daerah pasang surut, habitat pohon butun dan kulapang adalah hutan pantai, habitat cemara gunung dan waru gunung adalah hutan Dataran tinggi, habitat manggis adalah hutan dataran rendah dan hutan rawa, habitat ramin adalah hutan gambut dan daerah dataran rendah lainnya, pohon-pohon anggota famili Dipterocarpaceae pada umumnya hidup di daerah dataran rendah, pohon aren habitatnya di tanah dataran rendah hingga daerah pegunungan, dan pohon durian habitatnya di dataran rendah.
Istilah habitat dapat juga dipakai
untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang
membentuk suatu komunitas. Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu
padang rumput dapat menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan mangrove
dapat menggunakan istilah habitat hutan mangrove, untuk hutan pantai dapat
menggunakan habitat hutan pantai, untuk hutan rawa dapat menggunakan habitat
hutan rawa, dan lain sebagainya. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok
organisme mencakup organisme lain yang merupakan komponen lingkungan (komponen
lingkungan biotik) dan komponen lingkungan abiotik.
2.Terestrial
Ekosistem darat yang memiliki tipe
struktur vegetasi dominan dalam skala luas disebut bioma. Penyebaran bioma
dipengaruhi oleh iklim, letak geografis, garis lintang dan ketinggian letak
dari permukaan laut. Berdasarkan posisi geografis, iklim, garis lintang dan
ketinggian letak dari permukaan laut bioma dibedakan antara lain sebagai
berikut.
a.
Bioma padang gurun
Bioma yang terletak dibelahan bumi
sekitar 20°-30° lintang utara dan lintang selatan atau di daerah tropika yang
berbatasan dengan bioma padang rumput.
Ciri-ciri umum bioma gurun antara
lain sebagai berikut:
1. Curah hujan rendah, yaitu 25 cm per
tahun.
2. Tanahnya gersang/tandus.
3. Pancaran matahari sangat terik,
penguapan tinggi, dan suhu siang hari dapat mencapai 40°C pada musim panas.
4. Pada siang hari suhu sangat tinggi,
namun pada malam hari suhu sangat rendah.
Ciri-ciri khusus pada bioma gurun
antara lain sebagai berikut:
Ø Pada tumbuhan:
1.
Tumbuhan
semusim kecil-kecil.
2.
Tumbuhan
menahun berdaun seperti duri atau tak berdaun, sistem perakarannya dalam, serta
mempunyai jaringan hidrodermis untuk menyimpan air.
Ø Pada
hewan:
Hewan besar jarang ada karena sangat
sulit menyesuaikan diri terhadap suhu tinggi dan ketiadaan air. Rodentia
(tikus), ular, kadal, dan semut terdapat di bioma ini dan hidup dalam lubang
tanah.
Contoh bioma gurun adalah Gurun
Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.
b.
Bioma padang rumput
Bioma padang rumput terbentang dari
daerah tropika sampai ke sub tropika.
Ciri-ciri umum bioma padang rumput
antara lain sebagai berikut.
1. Curah hujan 25 - 50 cm per tahun
2. Hujan turun tidak teratur.
3. Perositas dan drainase (peresapan
dan penganturan air) kurang baik karena sangat cepat.
Ciri-ciri khusus pada bioma padang
rumput antara lain sebagai berikut:
Ø Pada tumbuhan:
Umumnya terdiri atas tumbuhan herba
dan rumput, yang keaadannya bergantung pada kelembapan. Di daerah padang rumput
yang relatif basah, rumputnya tinggi-tinggi, sedangkan di daerah padang rumput
yang kering, rumputnya pendek-pendek.
Ø Pada
hewan:
Dibandingkan dengan bioma lain,
spesies-spesies hewan di padang rumput terdapat lebih banyak.
1.
Hervivora:
bison, zebra, kanguru, banteng, kijang, zarafah, dan lain-lain.
2.
Karnivora:
singa, anjing liar, ular, harimau, burung elang, dan lain-lain.
Contoh bioma padang rumput antara
lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan Indonesia (Sumbawa).
c.
Bioma hutan gugur
Pada umumnya terdapat di sekitar
wilayah subtropik yang mengalami pergantian musim panas dan dingin. Hutan gugur
juga terdapat diberbagai pegunungan di daerah tropis.
Ciri-ciri umum bioma hutan gugur
adalah sebagai berikut:
1. Curah hujan merata sepanjang tahun
antara 75 -150 cm per tahun.
2. Mengalami 4 musim, yaitu musim
panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi.
3. Tumbuhannya mempunyai menggugurkan
daunnya pada musim gugur.
4. Pohon-pohonnya tidak terlalu rapat
dan jumlah spesiesnya sedikit.
Ciri-ciri khusus bioma hutan gugur
antara lain sebagai berikut:
Ø Pada tumbuhan:
Pohon-pohon yang dominan adalah yang
berdaun lebar yang menggugurkan daunnya pada musim dingin dan dapat mencapai
ketinggian 30-40 meter. Pohon-pohon yang umum adalah maple (Acer campestre),
syscamore (Acer pseudoplanatus), Oak (Quereus), beech (fagus), elm (ulmus) dan
ash (fraximus).
Ø Pada hewan:
Hewan yang umum terdapat di daerah
ini adalah kijang, tupai, burung pelatuk, beruang, ajak dan puma.
Contoh bioma hutan gugur adalah
Kanada, Amerika, Eropa dan Asia.
d.
Bioma hutan basah
Bioma ini terdapat di wilayah
khatulistiwa dengan temperatur yang tinggi sekitar 25°C.
Ciri-ciri umum bioma hutan basah
antara lain sebagai berikut.
1. Curah hujan tinggi, kurang lebih
200-225 cm per tahun.
2. Kelembapan selalu tinggi.
3. Matahari bersinar sepanjang tahun.
4. Perubahan suhu hanya sedikit.
5. Kehidupan tumbuhan subur.
Ciri-ciri khusus pada bioma hutan
basah antara lain sebagai berikut:
Ø Pada tumbuhan:
1. Spesies pepohonan sampai
berates-ratus, namun antara hutan yang satu dan lainnya mungkin berbeda
spesiesnya tergantung letak geografisnya.
2. Pohon-pohon utama mempunyai
ketinggian 20-40 meter, dengan cabang-cabang yang berdaun lebat sehingga
membentuk tudung (kanopi). Akibat adanya kaopi, terjadi perubahan iklim mikro
dari dasar hutan sampai daerah tudung.
3. Selain pepohonan yang tinggi,
terdapat dua macam tumbuhan yang khas, yaitu liana (misalnya rotan) dan epifit
(misalnya, anggrek dan paku-pakuan).
Ø Pada hewan:
Kebanyakan hidup diatas pohon
(arboreal), misalnya burung, ular pohon, katak pohon, kadal pohon, serangga,
bahkan ada pula hewan menyusui (contohnya, kera dan tupai). Di bagian bawah
(dasar hutan) jenis hewannya antara lain, babi hutan, banteng, macan tutul (di
Asia dan Afrika), dan jaguar (di Amerika).
Contoh bioma hutan basah adalah
hutan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua, dan Brasil.
e.
Bioma taiga
Bioma ini
terdapat di wilayah utara hutan gugur subtropis dan pegunungan tropis.
Ciri-ciri umum
bioma taiga adalah sebagai berikut.
1.
Curah
hujan sekitar 35 cm per tahun.
2.
Suhu
di musim dingin sangat rendah dan di musim panas sangat tinggi.
3.
Hampir
seluruhnya terdiri atas pohon-pohon konifer (pinus) yang umumnya selalu hijau.
4.
Masa
pertumbuhan flora pada musim panas antara 3 sampai 6 bulan.
Ciri-ciri khusus pada bioma taiga
antara lain sebagai berikut:
Ø Pada tumbuhan:
Tumbuhan yang khas untuk taiga
terutama adalah spruce (picea). Selain itu, juga terdapat alder (alnus), birch
(betula) dan juniper (juniperus). Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali.
Ø Pada hewan:
Hewan khas untuk bioma ini adalah
moose (rusa kutub). Hewan lain, misalnya tupai, beruang hitam, ajak, marten dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
Contoh bioma taiga terdapat di
Amerika Utara dan dataran tinggi diberbagai wilayah.
f.
Bioma tundra
Bioma ini terdapat di belahan bumi
utara di dalam lingkaran kutub utara yang disebut Tundra artik dan di puncak
gunung disebut Tundra alpin.
Ciri-ciri umum bioma tundra adalah
sebagai berikut.
1. Curah hujan sekitar 10 cm per tahun.
2. Beriklim kutub dengan musim dingin
yang panjang serta gelap, dan musim panas yang panjang serta terang
terus-menerus.
3. Pada musim dingin makanan sangat
kurang sehingga tumbuhan tahunan dan hewan avertebrata mengalami dormansi
(berhibernasi), namun hewan-hewan besar jarang dan dormansi.
4. Pada musim panas tertutup oleh
lichens dan lumut yang tipis serta penuh dengan hewan.
5. Tidak ada pohon yang tinggi, walaupun
ada terlihat tebal seperti semak.
6. Tumbuhan semusim biasanya berbunga
dengan warna yang mencolok dalam masa pertumbuhan yang pendek.
Ciri-ciri khusus bioma tundra antara
lain sebagai berikut:
Ø Pada tumbuhan:
Tumbuhan utama pada musim panas
adalah rumput. Selain itu, terdapat pula lumut terutama sphagnum, lichens,
tumbuhan biji semusim, dan tumbuhan kayu yang pendek-pendek. Umumnya tumbuhan
mampu beradaptasi dengan baik terhadap musim dingin.
Ø Pada hewan:
Hewan yang ada antara lain, karibou
(sebangsa menjangan), rubah kutub, kelinci salju, lemming (sebangsa tikus),
burung ptarmigan, beruang kutub, musk oxen (sebangsa sapi) dan serangga.
Diantara hewan-hewan diatas, yang
bermigrasi pada musim dingin adalah karibou dan rubah, sedangkan lainnya mampu
beradaptasi.
Urutan bioma dari ekuator ke kutub,
sama dengan urutan bioma dari daratan
rendah di ekuator kea rah meninggi. Urutan bioma dari suatu gunung
tinggi yang terdapat di daerah tropika adalah hutan tropis basah, hutan gugur,
hutan konifer, serta daerah tundra dan es.
Kelompok ini mudah dikenal dan
dibedakan dengan kelompok-kelompok vertebrata lainnya, yaitu dapat dilihat dari
cirinya yang khas yaitu berbulu.
1. Berdarah panas (Homoioterm)
2. Badan dilitupi oleh bulu pelepah.
3. Mempunyai paruh yang tidak
bergigi dan dua kepak.
4. Mempunyai sisik pada kakinya.
5. Bertelur dan telurnya dilindungi
oleh cangkerang keras.
6. Bernafas melalui peparu.
3.Akuatik
Perbedaan
dari ekosistem akuatik dan ekosistem darat adalah , ekosistem akuatik tidak
dipengaruhi oleh suhu ligkungan dan curah hujan.
Kedalaman
perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat berpenetrasi ke dalam
perairan . semakin dalam perairan , maka cahaya tidak dapat masuk ke dasar
perairan. Cahaya matahari dibutuhkan oleh organisme fotosintetik untuk proses
pengolahan makanan. Peraiaran yanag memiliki arus deras juga akan memberikan
pengaruh yang berbeda dengan perairan yang memiliki arus sedang atau tenang.
Ekosistem
akuatik di bedakan menjadi dua macam , yaitu: Ekosistem air tawar dan ekosistem
air laut.
a.Ekosistem
air tawar.
Ekosistem
air tawar terdapat di tempat yang airnya tenang, misalnya danau, rawa, dan
kolam. Selain itu, juga tempat yang airnya mengalir (berganti-ganti), misalnya
sungai.
Ø Ciri-ciri
ekosistem air tawar adalah sebagai berikut:
1. Salinitas
rendah, bahkan lebih rendah daripada salinitas protoplasma.
2. Variasi
suhu kecil.
3. Penetrasi
cahaya matahari kurang.
4. Dipengaruhi
oleh iklim dan suaca.
Macam
tumbuhan yang hidup dalam ekosistem air tawar.
1. Tumbuhan
berbiji, misalnya teratai (nymphaea sp.), eceng gondok (eichornia crassipes),
ganggang (hydrilla verticillata).
2. Alga,
misalnya alga hijau, alga biru, dan diatom.
3. Tumbuhan
paku, misalnya semanggi (marsilea crenata), kiambang (azolla pinnata).
Macam
hewan dalam ekosistem air tawar.
Hampir
semua filum hewan terdapat dalam air tawar, yaitu mulai protozoa, misalnya
paramaecium sampai dengan chordate, misalnya bermacam-macam jenis ikan.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Ø Adaptasi organisme dalam air tawar.
1.Tumbuhan
a.
Terhadap salinitas yang
rendah, tumbuhan menyesuaikan diri dengan adanya dinding sel yang dapat
membatasi osmose ke dalam sel jika air dalam sel telah cukup.
b.
Terhadap aliran air,
tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan adanya akar atau semacam akar yang
melekat pada dasar sungai.
2.
Hewan
a.
Terhadap salinitas yang rendah, hewan
menyesuaikan diri dengan mengekskresikan air yang berlebihan. Alat yang
berfungsi untuk memlihara keseimbangan air dalam tubuh adalah sistem ekskresi,
sistem pencernaan, dan insang.
b.
Terhadap aliran air, hewan
menyesuaikan diri dengan alat pelekat atau otot yang kuat.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dengan habitat
darat. Sepanjang perjalanan evolusi, di antara keturunan organism laut yang
mengalami perpindahan ke lingkungan air tawar, ada beberapa yang beradaptasi
terhadap lingkungan payau, ada pula yang sepanjang hidupnya mengalami
perpindahan pulang balik ke laut dan ke air tawar, seperti ikan salem dan ikan
sidat. Ada yang terus menyesuaikan diri pada air tawar, bahkan terus menjadi
organisme darat dan ada pula yang menyesuaikan diri untuk hidup di antara air
tawar dengan darat, yaitu pada daerah-daerah tepi sungai, tepi kolam, atau di
tempat yang lembap.
Ø Kategori
organisme dalam air tawar.
Berdasarkan
aliran energi dan kebiasaan hidup organisme air tawar di bedakan menjadi
beberapa macam sebagai berikut:
1. Berdasarkan
aliran energi, organisme air tawar dibedakan sebagai berikut:
a.
Autotrof (produsen), yaitu berupa
tumbuhan hijau dan mikroorganisme yang dapat melakukan fotosintesis atau
kemosintesis.
b.
Fagotrof (konsumen), yaitu berupa hewan
herbivora, predator, dan parasit.
c.
Dekomposer (pengurai), yaitu berupa
organisme yang hidup dari sisa-sisa organisme lain.
2. Berdasarkan
kebiasaan hidup dalam lingkungan air, organisme air tawar dibedakan sebagai
berikut:
a.
Plankton, terdiri atas fitoplankton
(alga biru, alga hijau, dan diatom), dan zooplankton (protozoa dan crustacean
yang kecil-kecil).
b.
Nekton, yaitu hewan-hewan yang aktif
berenang kian kemari, misalnya ikan, amfibi dan serangga air.
c.
Neuston, jenis hewan yang diam atau
berenang di permukaan air.
d.
Perifiton, yaitu tumbuhan maupun hewan
yang melekat atau bergantung pada daun, tangkai, batang, akar, atau pada
permukaan benda lain.
e.
Bentos, yaitu hewan dan tumbuhan yang
melekat atau berada di dasar atau hidup pada endapan.
Berdasarkan
intensitas cahaya, habitat air tawar di bedakan menjadi tiga daerah yaitu
sebagai berikut:
1. Daerah
litoral, yaitu daerah yang airnya dangkal sehingga sinar matahari dapat
mencapai dapat. Di daerah ini terdapat tumbuh-tumbuhan berakar.
2. Daerah
limnetik, yaitu daerah air terbuka yang mendapat sinar matahari efektif. Di daerah
ini terjadi keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi yang di lakukan oleh
organisme-organisme yang hidup di situ. Komunitas yang ada di daerah ini adalah
plankton, nekton, dan kadang-kadang neuston.
3. Daerah
profundal, yaitu daerah di bawah limnetik sampai pada dasar. Daerah ini tidak
terjangkau oleh sinar matahari. Daerah ini sering tidak di jumpai organism.
Berdasarkan
derasnya aliran, habitat sungai di bedakan menjadi daerah yang deras alirannya
dan daerah yang lambat alirannya.
Ekosistem
air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem
air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah
sungai.
|
Ekosistem
air tawar dapat digolongkan menjadi danau , lahan basah, dan sungai.
1.
Danau
Danau
merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi hingga ratusan meter persegi. Jadi, danau adalah massa air yang
berada di suatu cekungan yang terdapat di daratan. Danau umumnya terbentuk
karena depresi pada permukaan bumi.
|
Di
danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah
yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut
daerah fotik. Daerah yang tidak
tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik.
Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan
daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas
tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari
tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
a. Daerah litoral
Daerah
ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang
hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar
dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas
organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya
diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia
air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa
mamalia yang sering mencari makan di danau.
b. Daerah limnetik
Daerah
ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.
Zooplankton
yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c.
Daerah
profundal
Daerah
ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d. Daerah bentik
Daerah
ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati.
dan sisa-sisa organisme mati.
Danau
juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai
berikut :
1.
Danau
Oligotropik
Oligotropik
merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
2. Danau Eutropik
Eutropik
merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau
oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi
organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh
aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan
sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor.
Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan
yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan
danau seperti ini disebut "eutrofikasi".
Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai
keindahan danau.
Manfaat
danau bagi kehidupan
Danau
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manfaat danau
bagi kehidupan antara lain sebagai berikut:
a) Untuk
pembangkit tenaga listrik
b) Untuk
pengairan lahan pertanian
c) Untuk
mengatur debit air sungai, sehingga banjir dapat dihindari
d) Untuk
perikanan darat
e) Untuk
tempat rekreasi atau pariwisata
f) Untuk keperluan rumah tangga.
2.
Lahan
basah
Disebut
juga wet land, adalah suatu daerah yang digenangi oleh air sehingga kondisinya
menyokong untuk kehidupan berbagai jenis organisme akuatik, lahan basah bisa di
bedakan menjadi rawa yang airnya tak mengalir (marsh), rawa lumpur (swamp), dan
tanah gambut (bog). Akan tetapi, semua keragaman ini umumnya membentuk satu
dari tiga situasi topografik yang berbeda-beda. Lahan basah cekungan (basin
wetland) terbentuk di cekungan dangkal, mulai dari perlekukan dataran tinggi
hingga ke kolam dan danau yang terisi. Lahan basah sungai (riverine wetland)
berkembang di sepanjang pinggir sungai atau aliran yang dangkal dan secara
periodik banjir. Lahan basah tepian (fringe wetland) terdapat di sepanjang tepi
danau besar atau laut, di mana air mengalir maju mundur karena peningkatan
permukaan air atau akibat pasang. Dengan demikian, lahan basah tepian meliputi
bioma air tawar maupun bioma laut.
Secara
ekologis, lahan basah merupakan bioma yang paling kaya. Lahan basah memiliki
komunitas invertebrata yang beraneka ragam, yang menyokong kehidupan beraneka
ragam burung. Herbivora mulai dari krustase hingga ke tikus air mengkonsumsi
alga, detritus dan tumbuhan.
3.
Sungai
1. Pengertian
dan bagian-bagiannya
Sungai
adalah bagian dari permukaan bumi sebagai air
tawar mengalir. Sungai terbentuk secara alami. Sungai bermuara ke rawa,
danau, ke sungai lain dank e laut. Aliran sebuah sungai di mulai dari sumber
atau (mata air) asal sungai tersebut mengalir. Daerah tempat sumber air sungai
mengalir disebut juga daerah bagian hulu sungai. Berdasarkan ciri yang tampak,
aliran sebuah sungai terbagi atas tiga bagian yaitu sebagai berikut:
a. Bagian
hulu. Daerah bagian hulu sungai mempunyai karakteristik:
1)
Arus sungai deras
2)
Arus erosi ke dasar sungai besar (erosi
vertikal)
3)
Lembah sungai curam
4)
Lembah sungai berbentuk V
5)
Tidak terjadi pengedapan hasil erosi
6)
Banyak ditemukan air terjum
b.
Bagian tengah. Bagian tengah sungai
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)
Jarang dijumpai air terjun
2)
Kecepatan aliran sungai mulia berkurang
3)
Mulai terjadi proses pengedapan material
yang dibawah oleh air sungai
4)
Selain terjadi erosi ke bawah juga
terjadi erosi ke samping. (erosi horisontal)
c. Bagian
hilir atau muara. Bagian hilir sungai mempunyai ciri sebagai berikut:
1)
Kecepatan sungai mulai lambat
2)
Proses pengendapan sangat intensif
3)
Banyak ditemukan meander
4)
Sering ditemukan meander yang terpotong
sehingga membentuk kali mati atau danau tapak kuda (ox bow lake).
5)
Di bagian muara sungai sering terbentuk
delta.
2.
Jenis-jenis sungai
Ada
beberapa macam jenis sungai, hal ini bergantung pada klasifikasi yang
digunakan.
a. Jenis-jenis
sungai berdasarkan sumber airnya.
1) Sungai
hujan yaitu sungai-sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan. Kebanyakan
sungai-sungai yang ada di Indonesia termasuk jenis sungai ini. Sungai hujan
disebut juga sungai periodik.
2) Sungai
glestyer yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari pencairan glestyer (es).
Sungai ini terjadi di daerah-daerah pegunungan tinggi seperti pegunungan
Himalaya dan pegunungan Alpen (Swiss). Di Indonesia sungai gletsyer terdapat di
Irian Jaya, yaitu di hulu sungai Membramo.
3) Sungai
campuran yaitu sungai yang airnya berasal dari campuran air hujan dan pencairan
gletsyer.
b. Jenis-jenis
sungai berdasarkan kekekalan aliran airnya.
1) Sungai
episodik yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun, dengan debit air yang
stabil. Jenis sungai ini sangat baik digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
2) Sungai
periodik yaitu sungai yang debit airnya tinggi pada musim hujan dan rendah pada
musim kemarau.
c.
Jenis-jenis sungai berdasarkan arah
alirannya.
1) Sungai
konsekuen yaitu sungai yang alirannya searah dengan lereng.
2) Sungai
insekuen yaitu sungai yang arah alirannya tidak teratur.
3) Sungai
subsekuen yaitu sungai yang alirannya tegak lurus terhadap sungai konsekuen.
4) Sungai
obsekuen yaitu anak sungai dari sungai subsekuen yang anak alirannya berlawanan
dengan arah sungai konsekuen.
5) Sungai
resekuen yaitu anak sungai subsekuen yang arah aliran sejajar dengan sungai
konsekuen.
3.
Manfaat sungai bagi kehidupan
a) Untuk
irigasi/pengairan
b) Sebagai
sumber tenaga untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
c) Sumber
air minum
d) Untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga/keperluan domestic.
e) Untuk
perikanan darat
f) Untuk
prasarana transportasi air
g) Sumber
bahan bangunan
h) Untuk
rekreasi dan olahraga.
d.
Ekosistem
air laut
Laut
di bumi luasnya lebih kurang 70% dari luas permukaan bumi sehimgga laut
merupakan lingkungan fisik yang menonjol. Oleh karena luasnya lautan maka ada
anggapan bahwa seakan-akan laut memiliki daya tamping yang tidak ada batasnya.
Oleh karena itu, sering dianggap sebagai tempat pembuangan sampah dan sisa-sisa
lainnya sepanjang masa. Kenyataan menunjukkan bahwa anggapan tersebut tidak
benar. Lingkungan laut justru harus dijaga kelestariannya mengingat laut
mempunyai berbagai peranan penting bagi kehidupan manusia.
Habitat
laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu
bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di
daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari
pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya,
sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik.
Ekosistem
air laut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai
kadar mineral yang tinggi (terutama Cl) di daerah tropis (sekitar khatulistiwa)
dan kadar mineral yang rendah di daerah yang jauh dari khatulistiwa.
b. Suhu
permukaan laut berbeda-beda, di daerah tropis temperatur sekitar 250C
dan makin kearah kutub temperatur menurun sampai 00C. pada kedalaman
200 m, temperatur air dari kutub sampai khatulistiwa berkisar 00-220C
dan pada bagian yang lebih dalam hampir tidak ada perbedaan suhu.